Minggu, 05 Januari 2014

SEJARAH SINGKAT TENTANG "TAHLIL / TAHLILAN" sebagai tradisi masyarakat lokal

SEJARAH SINGKAT TENTANG “TAHLILAN”

Dulu sebelum Islam masuk ke Nusantara (Indonesia), kebiasaan masyarakat lokal mengadakan upacara-upacara adat, salah satunya adalah upacara kematian dan prosesi adat setelah kematian.
Untuk upacara dan prosesi kematian biasanya selalu menggelar acara “Kenduri/Genduri” pada hari-hari tertentu. Dan acara Kenduri/Genduri yang mereka gelar selalu menyajikan sesaji-sesaji atau membakar Kemenyan/Dupa dengan diiringi mantra-mantra yang menurut mereka adalah do’a untuk para leluhur mereka.

Kemudian setelah Islam masuk ke Indonesia yang dibawa/disebarkan oleh Wali Songo, mereka berasal dari campuran Bangsa Arab, China dan India. Wali Songo menyebarkan/melakukan dakwah melalui perdagangan dan pendekatan terhadap masyarakat lokal.

Sehingga sedikit demi sedikit masyarakat lokal mulai menganut agama Islam, dan sampai sekarang ini agama Islam menjadi agama yang terbesar di Negeri kita ini.

Maka dari itu sungguh DURHAKA kita, kalau kita sampai mengatakan orang tua/nenek moyang kita adalah seorang yang kafir. Karena bagaimanapun bodohnya mereka, tetapi merekalah yang meng-ISLAM-kan kita, tanpa mereka kita tidak mungkin mengenal dan memeluk Islam.
Melihat beberapa kegiatan upacara yang dilakukan masyarakat lokal, para Wali Songo melakukan pendekatan dan melakukan tanya jawab atas alasan mereka menyenggelarakan “Kenduri/Genduri”.

Beberapa alasan mereka adalah:
  1. Sebagai bakti dan kecintaan kepada leluhur mereka
  2. Dengan mengumpulkan/mengundang tetangga bisa mempererat hubungan dan kebersamaan
  3. Dengan membaca mantra-mantra bertujuan memberikan do’a kepada leluhur
  4. Dengan membuat sesaji dan nasi tumpeng yang ditelakkan pada tempat-tempat keramat atau makam leluhur mereka, serta hidangan-hidangan untuk dimakan bersama. Menurut mereka sebagai sedekah bumi dan bentuk syukur kepada Yang Kuasa dan menumbuhkan sifat berbagi serta tolong-menolong.
  5. Kenduri digelar di hari ke- 3, 7, 40, 100 dan seterusnya. Alasan mereka adalah pada hari-hari itu dipercaya sebagai hari penyiksaan dan arwah membutuhkan pertolongan sehingga saudara yang masih hidup menggelar do’a-do’a pada hari-hari tersebut. Dan menurut mereka juga sebagai pembeda antara kematian hewan dan manusia, kalau hewan mati dikubur atau dibuang sudah beres. Tetapi kalau manusia berbeda, karena manusia adalah makhluk yang paling mulia dan paling sempurna yang diciptakan oleh Yang Kuasa.

Dengan alasan yang mereka utarakan, para Wali Songo beranggapan bahwa alasan mereka menggelar Kenduri/Genduri bisa diterima, dan bisa diterapkan secara Islami.

Melihat beberapa manfaat dan fadlilah (keutamaan) acara “Kenduri/Genduri”, kemudian para Wali Songo sepakat untuk mengubah tradisi tersebut dengan ajaran/amalan yang lebih Islami sebagai berikut;
1.    Alasan yang pertama sudah benar, karena bisa diartikan Birrul Walidain (kecintaan dan bakti kepada kedua orang tua)
2.    Yang kedua juga sudah betul, bisa dikategorikan memilahara hubungan tali Silaturrohim dan Ukhuwah Islamiyah
3.    Memberikan/mengirim do’a mantra kepada leluhur, kemudian para Wali Songo mengubahnya dengan bacaan-bacaan yang lebih bermanfaat dan bisa mendekatkan diri mereka terhadap Alloh SWT.
Diantaranya adalah: Istighfar (Astaghfirulloh), Takbir (Allohu Akbar), Tahmid (Alhamdulillah), Tasbih (Subhanalloh) dan Tahlil (Laailaha Illalloh). Dan ditambah Sholawat kepada nabi, agar kelak di akhirat senantiasa mendapat Syafa’atnya. Kemudian ditutup dengan do’a untuk kedua orang tua, do’a sapu jagat dan lain-lain.

DALIL tentang SAMPAINYA AMALIYAH BAGI MAYYIT / LELUHUR / PENDAHULU
1. Dalil Alqur’an:

Terjemahnya:    ”Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdo’a : ”Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami” (QS Al Hasyr: 10)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan; menyanjung orang-orang yang beriman karena mereka memohonkan ampun (istighfar) untuk orang-orang beriman sebelum mereka. Ini menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal dapat manfaat dari istighfar orang yang masih hidup.

2. Dalil Hadits
Tentang do’a setelah shalat jenazah dan setelah mayyit dikuburkan antara lain, Rasulullah SAW. bersabda:
Artinya:     ”Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW. – setelah selesai shalat jenazah-bersabda: ”Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka” (HR Muslim).

Hadits ini menjadi pedoman bahwa berdo’a (mendo’akan) untuk orang yang sudah meninggal boleh dilakukan dan bisa bermanfaat bagi si mayyit.

4.    Alasan nomer empat bisa diartikan sebagai Shodaqoh dan wujud syukur atas pemberian Alloh SWT, tetapi persembahan terhadap tempat-tempat keramat secara perlahan-lahan dihilangkan, dan hanya pada penyajian/pemberian nasi/makanan lengkap dengan lauk pauknya kepada tamu undangan.
Dalam Hadits tentang sampainya pahala shadaqoh kepada mayyit
Artinya:    Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW. untuk bertanya: ”Wahai Rasulullah SAW. sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang saya tidak ada di tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bisa bermanfaat baginya? Rasul saw. menjawab: Ya. Saad berkata: ”saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya (ibuku)” (HR Bukhari).

Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seseorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu”. (salah satu nasehat Nabi Idris As)

5.    Sesuai sejarah penciptaan Nabi Adam As, manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dan mulia, sehingga Alloh SWT menyuruh kepada para Malaikat, Jin dan Syetan untuk bersujud dihadapan Nabi Adam As.
Sehingga sudah sepatutnya kalau kita memperlakukan kematian manusia/orang tua kita secara manusiawi, tidak seperti hewan (dikubur/dibuang sudah beres).
Dan kegiatan kirim-kirim do’a di hari ke 3, 7, 40, 100 dan seterusnya boleh dilakukan.

Kemudian kegiatan tersebut dimanfaatkan oleh Para Wali Songo untuk sarana berdakwah atau syiar Islam, dan lambat laun acara “Kenduri/Genduri” berubah namanya menjadi “TAHLILAN”.

Dan Islam-pun berkembang dengan pesat di nusantara ini melalui proses yang damai dan akulturasi budaya.

Demikian secara ringkas uraian tentang sejarah “TAHLILAN”.

Mohon ma’af atas semua kesalahan, kulo wong bodo namung kepingin ngerti (saya orang bodoh hanya ingin mengerti).

Sak bejo-bejone wong ingkang lali, isih luwih bejo ingkang iling lan waspodo.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Uraian meniko sebagian kulo nukil saking : www.himmahsalaf.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar